Mengenal Kurikulum Merdeka yang Harus Kamu Ketahui!

Sejak pandemi Covid 19 melanda di akhir tahun 2019, segala aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, teknologi hingga pendidikan mengalami perubahan pola secara fundamental. Aturan mengenai protokol kesehatan diterapkan untuk mengurangi laju penyebaran virus. Social distancing atau jaga jarak ketika berkomunikasi atau melakukan aktivitas lainnya menimbulkan berbagai keterbatasan dalam melakukan kegiatan.

Dalam dunia pendidikan, berawal dari Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar yang kemudian diturunkan dalam Surat Edaran Mendikbud, SKB 4 Menteri maka dilakukan pilihan pola pembelajaran jarak jauh (dalam jaringan) untuk membatasi mobilisasi guru dan peserta didik. Kebutuhan pemenuhan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara online serta berbagai platform.

Pemberian materi, penyelesaian tugas, hingga proses evaluasi yang serba online, pada satu sisi mampu “memaksa” seluruh pihak yang terlibat baik guru, peserta didik, pengawas dan berbagai stakeholder lainnya di duna pendidikan untuk “segera” melek teknologi. Di sisi lain perbedaan latar belakang sosial, ekonomi dan kondisi lingkungan menunjukan kesiapan yang berbeda atas kemampuan sarana penunjang proses belajar mengajar berupa laptop, pc, gadget maupun dukungan internet.

Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Merdeka?

Berdasarkan hasil studi nasional maupun internasional terhadap sistem pendidikan secara berkelanjutan, krisis pembelajaran masih terjadi di Indonesia. Hasil evaluasi PISA Indonesia masih di posisi rendah untuk kemampuan Literasi dan Numerasi. PISA sebagai metode untuk menganalisa kemampuan berpikir dan bernalar kritis mengukur hal-hal tersebut pada kompetensi yang mendasar dan esensial yaitu Literasi dan Numerasi . Terlepas dari pekerjaan maupun profesi apapun yang akan dijalani, kompetensi ini diyakini akan digunakan sepanjang hayat. Kompetensi literasi dan numerasi yang rendah berpotensi pada buruknya keberlangsungan masyarakat, yaitu peserta didik yang minim kemampuan dalam memahami bacaan sederhana dan matematika dasar dapat kesulitan untuk melanjutkan materi belajar di tingkat pendidikan selanjutnya, daya saing yang rendah dan pemahaman literasi yang  rendah juga berpotensi pada ketidakmampuan untuk menganalisa data hoax atau berita yang tidak kredibel.

Terdapat beberapa poin-poin penting terkait keunggulan Kurikulum Merdeka:

Pembelajaran yang berdiferensiasi.

Setiap anak adalah istimewa dan telah dibekali dengan kemampuan, minat dan bakat yang unik dan luar biasa sejak lahir. Oleh karena itu setiap guru harus dapat memetakan dan menggunakan potensi tersebut untuk meningkatkan potensi dan capaian pembelajaran peserta didik.

Guru melakukan asesmen terlebih dahulu untuk memetakan kompetensi, minat dan bakat peserta didik. Asesmen ini untuk mengukur aspek kognitif dan non kognitif setiap siswa. Selanjutnya hasil asesmen tersebut digunakan oleh guru untuk menerapkan pola dan proses  pembelajaran yang terdiferensiasi bagi setiap peserta didik.

Selain asesmen di awal proses pembelajaran, dilakukan juga asesmen formatif dan sumatif. Hasil asesmen tersebut dapat melihat perkembangan capaian pembelajaran setiap peserta didik sehingga  treatment berbasis peta siswa tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar untuk membimbing setiap siswa agar dapat mencapai kompetensi maksimal pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dan menjembatani kesenjangan kompetensi antar siswa.

Substansi ketercapaian kompetensi peserta didik lebih sederhana,esensial dan mendalam.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil pembelajarannya pada akhir jenjang pendidikan.  Pengukuran terhadap Standar Kompetensi Lulusan dengan kurikulum Merdeka menggunakan pendekatan Capaian Pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Capaian Pembelajaran menjadi lebih sederhana namun mendalam karena hanya berisi materi-materi yang esensial dan fokus terhadap pembentukan profil pelajar Pancasila dan penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi.

Selanjutnya  Capaian Pembelajaran tersebut dijabarkan dalam setiap tujuan pembelajaran yang disusun oleh masing-masing satuan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemerdekaan bagi setiap satuan pendidikan untuk menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan perkembangan karakteristik peserta didik dan isu kontemporer lainnya.

Sekolah membentuk tim yang dapat terdiri dari kepala sekolah, guru, pengawas, komite maupun  stakeholder lainnya untuk menyusun tujuan pembelajaran secara bersama-sama. Tujuan Pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama ini diharapkan mampu memenuhi aspirasi semua kebutuhan, kepentingan dan menyesuaikan kekhasan dan karakter  dari setiap satuan pendidikan.

Masa pemenuhan Capaian Pembelajaran lebih fleksibel

Poin dari Kurikulum Merdeka Belajar adalah mengubah proses pembelajaran bukan hanya sebagai pemenuhan kewajiban tetapi menjadi sebuah proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.

Setiap guru tidak hanya diminta untuk mampu memberikan pengajaran yang terbaik dengan pola mengajar diferensiasi, tetapi juga lebih mendalam dan bermakna. Pemenuhan Capaian Pembelajaran tidak hanya dibatasi dalam 1 tahun ajaran namun memiliki durasi yang lebih fleksibel yaitu pada fase-fase.

Fase terbagi menjadi enam etape yaitu Fase A (kelas 1 dan 2 SD), Fase B (Kelas 3 dan 4 SD), Fase C (kelas 5 dan 6 SD), Fase D (kelas 7,8 dan 9 SMP), Fase E (kelas 10 SMA), Fase F (kelas 11 dan 12 SMA).

Saat merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, guru dalam fase yang sama dapat berkoordinasi dan berkolaborasi untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran peserta didik di kelas sebelumnya sehingga menjadi acuan untuk merencanakan pembelajaran selanjutnya.

Pembelajaran berbasis project

Selain pembelajaran intrakurikuler, terdapat alokasi projek untuk pembelajaran sebanyak 20% sampai dengan 30% jam pelajaran. Persentase projek tersebut tidak untuk per mata pelajaran akan tetapi merupakan perpaduan lintas disiplin ilmu. Projek difokuskan untuk mengangkat isu-isu yang ada di lingkungan sekitar untuk lebih meningkatkan kepekaan peserta didik terhadap lingkungan dan kemampuan berpikir kritis, analitis dan problem solving.

Projek Penguatan profil Pelajar Pancasila ini bertujuan tidak hanya peningkatan pengetahuan dan kompetensi yang komprehensif namun juga upaya pencapaian karakter Profil Pelajar Pancasila.

Tujuan  Kurikulum Merdeka untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning crisis) saat ini masih dalam proses dan evaluasi. Saat ini kewajiban menggunakan Kurikulum Merdeka baru diberlakukan pada Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan sejak tahun 2021. Sehingga sebelum diterapkan secara nasional di tahun 2024, saat ini setiap pengguna kurikulum diberikan kesempatan untuk belajar menggunakan dan menerapkan di satuan Pendidikan sehingga dapat tercapai transformasi sekolah menjadi tempat yang aman,  inklusif dan menyenangkan. Untuk kamu yang masih sangat kebingungan mencari Map Raport Murah tenang saja, karena ada jayamap.co.id yang akan siap menerima pembuatan map rapot dengan kualitas yang terbaik.